Senin, 13 April 2015

makanan khas suku tolaki

MAKANAN KHAS SUKU SULAWESI TENGGARA


Bagi masyarakat yang telah lama tinggal di Sulawesi Tenggara, siapa yang tidak kenal dengan Sinonggi?. Pastinya hampir warga sultra sudah mengetahui apa yang dimaksud dengan sinonggi. Bagi yang belum tahu, mari simak artikel yang dikutip dari beberapa sumber.

Sinonggi adalah makanan khas suku Tolaki dari Sulawesi Tenggara, Indonesia, yang terbuat dari pati sari sagu. Suku Tolaki memiliki tradisi menyantap sinonggi bersama-sama yang disebut mosonggi. Bagi Suku Tolaki, sinonggi merupakan makanan pokok yang kini telah mengalami pergeseran makna dan bersaing dengan nasi.

Sagu (@al_habib21)
Sinonggi adalah makanan pokok Suku Tolaki yang terbuat dari pati sari sagu. Di Sulawesi Selatan, masakan yang serupa dikenal dengan nama kapurung dan di Kepulauan Maluku disebut papeda. Meski masakan-masakan tersebut memiliki kemiripan bahan, cara penyajiannya berbeda. Untuk sinonggi, tepung sagu yang sudah dimasak tidak dicampurkan dengan sayur, kuah ikan, sambal ("dabu-dabu"), atau bumbu lainnya, namun tergantung selera masing-masing. Bagi suku Tolaki, sinonggi dahulu merupakan makanan pokok, namun saat ini telah menjadi makanan sekunder pengganti beras pada masa paceklik.
Sejarah Sinonggi
Walaupun merupakan makanan khas Suku Tolaki, belum ada yang mengetahui sejak kapan Suku Tolaki mengonsumsi sinonggi. Namun, makanan ini sudah ada sejak ratusan tahun silam layaknya beras. Mitos Tolaki menyebutkan bahwa pohon sagu bahan baku Sinonggi tumbuh dengan sendirinya di perkampungan Kuko Hulu di Sungai Konaweha, yang kini bernama Latoma Tua. Dalam bahasa Tolaki, ia disebut "sowurere", yang artinya "suatu kampung yang ditumbuhi ribuan pohon sagu". Lokasinya persis di dekat Tongauna, Kecamatan Ulu Iwoi, Kabupaten Kolaka. Versi lain menyebutkan bahwa pohon sagu yang tumbuh di rawa-rawa tersebut, sebetulnya berasal dari Maluku.
Nama sinonggi diyakini budayawan lokal berasal dari kata posonggi.Posonggi atau o songgi (bahasa Tolaki) merupakan alat mirip sumpit terbuat dari bambu yang dihaluskan dengan ukuran panjang kurang dari sepuluh sentimeter. Alat inilah yang digunakan untuk mengambil sinonggi dari tempat penyajian. Dengan cara digulung, sinonggi diletakkan ke piring yang telah diisi kuah sayur dan ikan serta bumbu lainnya. Gulungan sinonggi di piring kemudian dipotong-potong dan dimasukkan ke dalam mulut menggunakan alat serupa yang berukuran lebih kecil atau dengan jari. Sinonggi biasanya tidak dikunyah, tetapi ditelan langsung.
Dahulu orang tua menyimpan sinonggi dalam dulang yang terbuat dari kayu. Dulang dalam bahasa Tolaki adalah "odula". Seiring perubahan zaman, sinonggi mulai tidak disimpan dalam dulang kayu melainkan dalam baskom. Perubahan ini diyakini penikmat sinonggi telah mengurangi kelegitan rasanya yang khas. Begitu pula dengan penggunaan posonggi yang menghilang, saat ini orang lebih banyak langsung menggunakan tangan atau memakai sendok untuk mengkonsumsi sinonggi. (wikipedia)

Cara Penyajian
Sebelum dimasak, pati sagu direndam di dalam baskom, atau sejenisnya, dengan menggunakan air dingin selama satu malam. Biarkan hingga mengendap. Kemudian air dibuang. Ketika akan diolah menjadi makanan, sagu dicairkan dengan air dingin secukupnya. Lalu, siramkan air panas (sampai mendidih) sedikit demi sedikit sambil sagu diaduk-aduk hingga mengental. Orang bilang, ia menyerupai lem.
Sebaiknya, sebelum sagu diolah menjadi makanan siap saji, sayur, kuah ikan, serta sambal sudah disiapkan. Jadi bisa langsung dimakan pada saat sinonggi masih panas. Sayur dan sambal juga akan lebih nikmat jika ditambah dengan daun kemangi dan jeruk purut. Di Kendari, jeruk purut dikenal dengan nama jeruk Tolaki.
Cara Makan
Cara makan Sinonggi ini adalah pertama-tama air kuah, bisa air kuah sayur yang sudah terpisah tadi atau bisa juga air kuah ikan atau daging/ayam yang dimasak tawaoloho, atau campuran keduanya sesuai selera diambil secukupnya dipiring kemudian ditambahkan perasan jeruk purut (bahasa lokal: jeruk Tolaki), lalu Sinonggi atau sagu yang telah kental tadi diambil dengan cara digulung memakai posonggi (sumpit) dimasukkan kedalam kuah tadi kemudian dicampur dengan sayur dan lauk ikan, daging/ayam serta tentu tidak ketinggalan sambal terasi plus mangga mudanya.
Kandungan Serta Manfaat Sinonggi
Sinonggi juga memiliki kandungan yang sangat bermanfaat bagi kesehatan.Sinonggi termasuk makanan yang menyegarkan dan sehat. Selain sayuran dan lauknya dimasak dengan bumbu yang tidak terlalu banyak (masak bening), menurut penelitian litbang deptan Sagu sebagai bahan baku utama dikenal memiliki kandungan karbohidrat sekitar 85,6%, serat 5% dan untuk 100 gr sagu kering setara dengan 355 kalori. Selain mengandung karbohidrat juga mengandung polimer alami yaitu semacam zat yang sangat bermanfaat bagi tubuh manusia seperti memperlambat peningkatan kadar glukosa dalam darah sehingga aman dikonsumsi oleh penderita diabetes melitus. Selain itu, serat pada sagu juga mengandung zat yang berfungsi sebagai probiotik, meningkatkan kekebalan tubuh, serta mengurangi resiko terkena kanker usus dan paru-paru.
Masonggi lebih enak jika disajikan dengan pelengkap makanan seperti ikan, sayur bening, sayur santan atau makanan pilihan lainnya. Tergantung selera. Biasanya lebih terasa nikmatnya jika disajikan bareng-bareng teman, keluarga bhkan sinonggi menjadi menu wajib ibu-ibu arisan.
Sinonggi, makanan khas suku Tolaki ini tidak hanya khusus suku Tolaki, tapi juga sudah banyak digemari oleh masyarakat lain yang ada di Sulawesi Tenggara, baik anak-anak, remaja dan orang dewasa. Bahkan kini sudah menjadi pengganti makan siang beberapa warga kota Kendari.
Saat ini, Sinonggi telah masuk ke hotel-hotel sebagai menu khas Sulawesi Tenggara sebagai salah satu menu dalam perjamuan tamu-tamu pemerintah setempat. Di Kota Kendari, kini warung atau restoran yang menyajikan makanan khas suku tolaki ini sudah banyak, dan bahan bakunya tersedia di pasar tradisional. 


Walikota Kendari berwisata Kuliner dgn pejabat
pemerintah daerah lain (@nyomanheru)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar